Upaya industri pariwisata bertahan saat pandemi

Ilustrasi. Freepik

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi), Hosea Andreas Runkat, menyatakan, industri pariwisata terpaksa melakukan berbagai upaya agar usahanya terus berjalan. Dicontohkannya dengan kegiatan pameran, yang biasanya dilaksanakan secara luring (offline), terpaksa terhenti karena pandemi Covid-19.

Sebagai gantinya, sambung dia, banyak pameran dilakukan secara virtual. Langkah tersebut bisa membantu merawat agar tidak hilang kontak dengan peserta pameran atau elemen terkait lainnya.

"Bisnis pameran merupakan bisnis networking yang harus melibatkan banyak orang. Jadi, jangan sampai lost contact karena pandemi ini," tuturnya. dalam acara "Indonesia Industry Outlook (IIO) 2021" secara daring, Jumat (6/11).

Masalah serupa diakui Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), Irfan Setiaputra. Agar tetap bertahan, maskapai "pelat merah" mencoba meyakinkan penumpang jika perusahaannya aman dari Covid-19. Juga dengan mengusung jargon "Because You Matter".

"Dari waktu ke waktu, kita ingin memastikan kepada penumpang dan calon penumpang, 'Garuda ini do matter', mengutamakan service, memahami dan mengerti kemauan customer. Sangat penting mendengar saran customer," jelasnya.

Langkah itu, klaimnya, perlahan membuahkan hasil. Dicontohkannya dengan tingginya okupansi saat libur panjang pada akhir Oktober 2020. "Hari Minggu kemarin, waktu libur panjang, penumpang kita sudah sampai 40.000, jauh dibandingkan dengan awal Covid-19 hanya 2.000 penumpang."

Presiden Director PT Hotel Indonesia Natour, Iswandi Said menegaskan hal sama. "Long weekend kemarin, tingkat hunian hotel meningkat cukup signifikan. Ada hotel kita yang sudah mencapai 100%," ujarnya.

Dirinya menambahkan, pihaknya akan mengusung konsep smart traveler yang berkaitan dengan cleanliness, health, safety, and environment (CHSE) dalam menyambut 2021. 

"Para pelancong ini semakin detail terkait dengan CHSE. Sekarang ini banyak pertanyaan tentang kebersihan dan keamanan hotel. Nah, ini juga harus disiapkan, sehingga kami harus membuat SOP baru yang menekankan ke CHSE ini," jelasnya.

Menurutnya, CHSE menjadi prioritas wisatawan dalam memilih transportasi dan destinasi wisata. Sayangnya, menurut data inVenture, 59,6% turis masih meragukan kesiapan hotel dalam menerapkannya.

Apalagi, sambungnya, persaingan hotel semakin ketat dan lebih sehat lantaran yang dijadikan acuan bukan lagi harga. Namun, bagaimana tempat penginapan mengimplementasikan CHSE.

Penulis: Zahra Azria
Editor: Fatah Hidayat Sidiq

(Tulisan ini telah dimuat pada https://www.alinea.id/bisnis/upaya-industri-pariwisata-bertahan-saat-pandemi-b1ZWG9ytw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Nivea Body Serum Care & Protect

Yuk, Makan di Restoran All You Can Eat Termurah di Bogor!

Kedai Ramen Murah dan Instagramable di Kampus Binus